Hari ini saya tidak melakukan kegiatan apapun.
Rabu, 20 Maret 2013
Log Buku "Senin"
Hari ini kegiaran saya adalah mengikuti talkshow di d'preneur cafe sekaligus rapat dengan kelompok.
Minggu, 17 Maret 2013
Log Buku "Minggu"
Hari ini kegiatan saya masih sama seperti yang kemarin , yaitu membantu manajemen pemasaran untuk mencari desain yang tepat dan menarik.
Sabtu, 16 Maret 2013
Log Buku "Sabtu"
Hari ini saya membantu bagian manajemen pemasaran untuk mencari desain yang menarik.
Masalah : saya sulit mencari desain yang sesuai dengan minat dikalangan remaja.
Solusi : saya berusaha untuk mencari desain yang sesuai dengan trend saat ini.
Masalah : saya sulit mencari desain yang sesuai dengan minat dikalangan remaja.
Solusi : saya berusaha untuk mencari desain yang sesuai dengan trend saat ini.
Log Buku "Jumat"
Hari ini kegiatan saya adalah rapat dengan anggota kelompok untuk membicarakan tentang desain tentang produk untuk periode bulan maret-april.
Rabu, 13 Maret 2013
Selasa, 12 Maret 2013
Log buku "Selasa"
hari ini saya mengumpulkan modal kelompok untuk produksi periode bulan maret-april.
Senin, 11 Maret 2013
Minggu, 10 Maret 2013
Log buku "Minggu"
Hari ini kegiatan saya adalah rapat kelompok , dan saya membahas tentang anggaran modal untuk produksi bulan maret-april.
Sabtu, 09 Maret 2013
Kamis, 07 Maret 2013
Kuis ke II Kewirausahaan
1. Jelaskan yang dimaksud Entrepreneurship?
- Entrepreneurship adalah kemampuan seseorang untuk melihat dan menciptakan peluang kemudian mengubah peluang tersebut menjadi sesuat yang bernilai ekonomis.
- Karena adanya kesempatan
- karena adanya kebutuhan
- Kreatif dan Inovatif
- Mempunyai Visi dan Misi
- Berani mengambil risiko.
- Bisnis adalah suatu usaha seseorang dalam menciptakan laba atau profit baik dalam bidang jasa maupun produk.
- Lingkungan bisnis terbagi atas 2 yaitu : Eksternal dan Internal
- Eksternal : Mikro (Agen , Supplier, Channel) , Makro (PEST)
- Pelajaran yang dapat saya ambil dari tokoh yang saya pilih yaitu : "Sukses itu bukan teori. Namun didapat dari perjuangan dan kerja keras , serta dilandasi dengan niat yang kuat dan doa untuk mewujudkan cita-cita. Menurut saya Bob Sadino adalah contoh nyata bahwa setiap orang bisa sukses dengan perjuangan tanpa henti."
Rabu, 06 Maret 2013
BOB SADINO DAN KEWIRAUSAHAAN
BOB
SADINO DAN KEWIRAUSAHAAN
Bob Sadino memberikan beberapa tips
untuk mereka yang benar-benar ingin membangun jiwa enterpreneurship (jiwa
kewirausahaan). Ia menyarankan agar orang tidak belajar jiwa wirausaha di dalam
kelas, atau dari mereka yang tidak pernah menggeluti langsung dunia usaha.
Sebab biasanya yang diberikan adalah semua saran yang didasari oleh ‘ketakutan’ sehingga segalanya dipermudah dengan ide-ide logis padahal ‘hutan’ usaha adalah sering tidak mengikuti urutan dan sistematika berpikir biasa, faktor-faktor-faktor yang kelihatannya terkontrol padahal sangat sulit menerka gerak dan dinamika pasar, saran-saran yang berlawanan dengan hukum pasar yang cenderung liar, mengabaikan unsur lain yang justru sangat penting yaitu naluria pengusaha, dsb.
Sebab biasanya yang diberikan adalah semua saran yang didasari oleh ‘ketakutan’ sehingga segalanya dipermudah dengan ide-ide logis padahal ‘hutan’ usaha adalah sering tidak mengikuti urutan dan sistematika berpikir biasa, faktor-faktor-faktor yang kelihatannya terkontrol padahal sangat sulit menerka gerak dan dinamika pasar, saran-saran yang berlawanan dengan hukum pasar yang cenderung liar, mengabaikan unsur lain yang justru sangat penting yaitu naluria pengusaha, dsb.
Untuk
membangun jiwa wirausaha, Bob menyuruh kita untuk melihat beberapa hal berikut:
1.
Kita harus membebaskan
diri kita dari RASA TAKUT. Inilah halangan terbesar. Inilah alasan terbesar
mengapa pendidikan memakan waktu yang lama, yaitu untuk menghindari kesalahan
dan resiko. Tapi justru itulah yang ingin dipangkas oleh Bob karena ia merasa
rasa takut adalah penyebab tidak berkembangnya enterpreneurship. Kesulitan dan
resiko selalu menyertakan peluang. Jadi, jika kita ingin mengembangkan jiwa
enterpreneurship, jangan menghindari resiko. Resiko mengandung peluang.
2.
Kita harus membebaskan
diri dari tidakan TERLALU BERHARAP. Belum apa-apa sudah membayangkan hitungan
khayal tentang keuntungan, kemudahan, kehebatan dan hasil besar. Jika begini,
maka orang mudah kecewa karena ternyata lapangan mengajarkan yang berbeda.
Orang harus belajar menghitung mulai dari angka kecil tetapi tekun dan komit.
Bayangkan sukarnya dan hadapilah kesukarannya
3.
Kita harus bebaskan
diri kita dari PIKIRAN SENDIRI. Biasaya berupa konsep, keyakinan, anggapan dsb.
Belajarlah untuk ‘tidak tahu’ supaya pengertian masuk sebanyak-banyaknya.
Lepaskan diri dari konsep-konsep, semua harus dijalani dulu dengan penuh
keberanian, nanti ilmu akan datang sendiri. Itulah enterpreneurship kata Bob. Memang
benar, jika kita berhadapan dengan orang yang merasa sudah tahu, kita
kerepotan. Orang tidak mudah berubah karena sudah punya asumsi dulu dalam
pikiran. Jadi, cara termudah mengadopsi teknik baru adalah dengan mengambil
posisi belajar, tidak tahu̢۪. Atau merendahkan hati untuk menjalankan sesuatu
yang baru. Dengan ketiga kunci tersebut, Bob berharap mereka calon enterpreneur
akan memakai prinsip-prinsip tadi sebagai modal mengembangkan jiwa
kewirausahaan.
Pengusaha Berdinas Celana Pendek
Pengusaha
Berdinas Celana Pendek
Pria berpakaian ''dinas'' celana pendek jin dan kemeja lengan pendek yang ujung lengannya tidak dijahit, ini adalah salah satu sosok entrepreneur sukses yang memulai usahanya benar-benar dari bawah dan bukan berasal dari keluarga wirausaha. Pendiri dan pemilik tunggal Kem Chicks (supermarket), ini mantan sopir taksi dan karyawan Unilever yang kemudian menjadi pengusaha sukses. Titik balik yang getir menimpa keluarga Bob Sadino. Bob rindu pulang kampung setelah merantau sembilan tahun di Amsterdam, Belanda dan Hamburg, Jerman, sejak tahun 1958. Ia membawa pulang istrinya, mengajaknya hidup serba kekurangan. Padahal mereka tadinya hidup mapan dengan gaji yang cukup besar. Sekembalinya di tanah air, Bob bertekad tidak ingin lagi jadi karyawan yang diperintah atasan. Karena itu ia harus kerja apa saja untuk menghidupi diri sendiri dan istrinya. Ia pernah jadi sopir taksi. Mobilnya tabrakan dan hancur. Lantas beralih jadi kuli bangunan dengan upah harian Rp 100.
Suatu hari, temannya menyarankan Bob
memelihara ayam untuk melawan depresi yang dialaminya. Bob tertarik. Ketika
beternak ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan
ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa berjuang untuk hidup,
tentu manusia pun juga bisa. Sebagai
peternak ayam, Bob dan istrinya, setiap hari menjual beberapa kilogram telor.
Dalam tempo satu setengah tahun, ia dan istrinya memiliki banyak langganan,
terutama orang asing, karena mereka fasih berbahasa Inggris. Bob dan istrinya
tinggal di kawasan Kemang, Jakarta, di mana terdapat banyak menetap orang
asing. Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun.
Namun mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan
drastis pun terjadi pada diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah
itu, lama kelamaan Bob yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal super
market (pasar swalayan) Kem Chicks. Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja
lengan pendek dan celana pendek.
Bisnis pasar swalayan Bob berkembang pesat, merambah ke agribisnis, khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang asing di Indonesia. Karena itu ia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah. Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik. Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan menangkap peluang.
Bisnis pasar swalayan Bob berkembang pesat, merambah ke agribisnis, khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang asing di Indonesia. Karena itu ia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah. Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik. Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan menangkap peluang.
Di saat melakukan sesuatu pikiran
seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada pada
diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan
banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak
segera melangkah. “Yang paling penting tindakan,” kata Bob. Keberhasilan Bob
tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke lapangan.
Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan
Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu, kemudian praktik,
lalu menjadi trampil dan profesional.
Menurut Bob, banyak orang yang
memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan, karena merasa
memiliki ilmu yang melebihi orang lain. Sedangkan Bob selalu luwes terhadap
pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Dengan sikap seperti
itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob,
kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu ia selalu
berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.
Bob menempatkan perusahaannya
seperti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus saling
menghargai, tidak ada yang utama, semuanya punya fungsi dan kekuatan.
Sosok berambut putih, bercelana pendek, dan kadang mengisap rokok dari cangklongnya ini begitu mudah dikenali. Gaya bicaranya blak-blakan tanpa tedeng aling-aling. Ia adalah Bob Sadino, pengusaha sukses yang terkenal dengan jaringan usaha Kemfood dan Kemchick-nya. Beberapa kali wajahnya ikut tampil di beberapa sinetron hingga ke layar lebar, meski kadang hanya tampil sebagai figuran. Penampilannya yang serba cuek itu ternyata sejalan dengan pola pikirnya yang apa adanya. Sebab, menurutnya, apa yang diraihnya saat ini adalah berkat pola pikir yang apa adanya itu. Ia menyebut bahwa kesuksesannya didapat tanpa rencana, semua mengalir begitu saja. Yang penting, adalah action dan berusaha total, dalam menggeluti apa saja. Totalitas Bob memang patut diacungi jempol, apalagi mengingat lika-liku jalan hidup yang telah ditempuhnya. Pria kelahiran Lampung, 9 Maret 1933 yang hanya lulusan SMA ini pernah mengenyam profesi dari sopir taksi hingga kuli bangunan untuk sekadar bertahan hidup.
Sosok berambut putih, bercelana pendek, dan kadang mengisap rokok dari cangklongnya ini begitu mudah dikenali. Gaya bicaranya blak-blakan tanpa tedeng aling-aling. Ia adalah Bob Sadino, pengusaha sukses yang terkenal dengan jaringan usaha Kemfood dan Kemchick-nya. Beberapa kali wajahnya ikut tampil di beberapa sinetron hingga ke layar lebar, meski kadang hanya tampil sebagai figuran. Penampilannya yang serba cuek itu ternyata sejalan dengan pola pikirnya yang apa adanya. Sebab, menurutnya, apa yang diraihnya saat ini adalah berkat pola pikir yang apa adanya itu. Ia menyebut bahwa kesuksesannya didapat tanpa rencana, semua mengalir begitu saja. Yang penting, adalah action dan berusaha total, dalam menggeluti apa saja. Totalitas Bob memang patut diacungi jempol, apalagi mengingat lika-liku jalan hidup yang telah ditempuhnya. Pria kelahiran Lampung, 9 Maret 1933 yang hanya lulusan SMA ini pernah mengenyam profesi dari sopir taksi hingga kuli bangunan untuk sekadar bertahan hidup.
Saat masa sulitnya, ia pernah hampir
depresi. Tapi, ketika itu seorang temannya mengajaknya memelihara ayam. Dari
sanalah ia kemudian terinspirasi, bahwa kalau ayam saja bisa memperjuangkan
hidup, bisa mencapai target berat badan, dan bertelur, tentunya manusia juga
bisa. Itulah yang kemudian mengawali langkahnya untuk berwirausaha. Ia pun
kemudian memutuskan untuk makin menekuni usaha ternak ayam.
Pada awalnya, ia menjual telur
beberapa kilogram per hari bersama istrinya. Mereka menjual telur itu awalnya
dari pintu ke pintu. Dan, dengan ketekunan dan kemampuannya menjaga hubungan
baik, telurnya makin laris. Dari sanalah kemudian usahanya terus bergulir. Dari
hanya menjual telur, ia lantas menjual aneka bahan makanan. Itulah yang
akhirnya menjadi cikal bakal supermarket Kemchick miliknya. Ia kemudian juga
merambah agribisnis khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun yang banyak
berisi sayur mayur untuk dijual pada orang asing seperti orang Jepang dan
Eropa. Hubungan baik dengan orang-orang asing inilah yang kemudian makin
membesarkan usahanya hingga ia akhirnya juga memiliki usaha daging olahan
Kemfoods.
Dalam menjalankan setiap usahanya,
Bob selalu menyebut dirinya tak punya kunci sukses. Sebab, ia percaya bahwa
setiap langkah sukses selalu diimbangi kegagalan, peras keringat, dan bahkan
jungkir balik. Menurutnya, uang adalah prioritas nomor sekian, yang penting
adalah kemauan, komitmen tinggi, dan selalu bisa menciptakan kesempatan dan
berani mengambil peluang. Bob menyebut, kelemahan banyak orang adalah terlalu
banyak berpikir membuat rencana sehingga tidak segera melangkah. Ia mengatakan
bahwa ketika orang hanya membuat rencana, karena merasa memiliki ilmu yang
melebihi orang lain, muncullah sifat arogan. Padahal, intinya sebenarnya
sederhana saja, lakukan dan selalu dengarkan saran dan keluhan pelanggan. Bob
membuktikan sendiri, ia yang hanya bermodal nekad, tapi berlandaskan niat dan
keyakinan, serta kerja keras pantang menyerah, tanpa teori sukses ia pun bisa
jadi seperti sekarang.
Sukses itu bukan teori. Namun
didapat dari perjuangan dan kerja keras, serta dilandasi keyakinan kuat untuk
mewujudkan cita-cita. Bob Sadino adalah contoh nyata bahwa setiap orang bisa
sukses asal mau membayar ”harga” dengan perjuangan tanpa henti.
Sosok berambut putih, bercelana pendek, dan kadang mengisap rokok dari cangklongnya ini begitu mudah dikenali. Gaya bicaranya blak-blakan tanpa tedeng aling-aling. Ia adalah Bob Sadino, pengusaha sukses yang terkenal dengan jaringan usaha Kemfood dan Kemchick-nya. Beberapa kali wajahnya ikut tampil di beberapa sinetron hingga ke layar lebar, meski kadang hanya tampil sebagai figuran. Penampilannya yang serba cuek itu ternyata sejalan dengan pola pikirnya yang apa adanya. Sebab, menurutnya, apa yang diraihnya saat ini adalah berkat pola pikir yang apa adanya itu. Ia menyebut bahwa kesuksesannya didapat tanpa rencana, semua mengalir begitu saja. Yang penting, adalah action dan berusaha total, dalam menggeluti apa saja. Totalitas Bob memang patut diacungi jempol, apalagi mengingat lika-liku jalan hidup yang telah ditempuhnya. Pria kelahiran Lampung, 9 Maret 1933 yang hanya lulusan SMA ini pernah mengenyam profesi dari sopir taksi hingga kuli bangunan untuk sekadar bertahan hidup. Saat masa sulitnya, ia pernah hampir depresi. Tapi, ketika itu seorang temannya mengajaknya memelihara ayam. Dari sanalah ia kemudian terinspirasi, bahwa kalau ayam saja bisa memperjuangkan hidup, bisa mencapai target berat badan, dan bertelur, tentunya manusia juga bisa. Itulah yang kemudian mengawali langkahnya untuk berwirausaha. Ia pun kemudian memutuskan untuk makin menekuni usaha ternak ayam. Pada awalnya, ia menjual telur beberapa kilogram per hari bersama istrinya. Mereka menjual telur itu awalnya dari pintu ke pintu. Dan, dengan ketekunan dan kemampuannya menjaga hubungan baik, telurnya makin laris. Dari sanalah kemudian usahanya terus bergulir. Dari hanya menjual telur, ia lantas menjual aneka bahan makanan. Itulah yang akhirnya menjadi cikal bakal supermarket Kemchick miliknya. Ia kemudian juga merambah agribisnis khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun yang banyak berisi sayur mayur untuk dijual pada orang asing seperti orang Jepang dan Eropa. Hubungan baik dengan orang-orang asing inilah yang kemudian makin membesarkan usahanya hingga ia akhirnya juga memiliki usaha daging olahan Kemfoods.
Dalam menjalankan setiap usahanya, Bob selalu menyebut dirinya tak punya kunci sukses. Sebab, ia percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diimbangi kegagalan, peras keringat, dan bahkan jungkir balik. Menurutnya, uang adalah prioritas nomor sekian, yang penting adalah kemauan, komitmen tinggi, dan selalu bisa menciptakan kesempatan dan berani mengambil peluang. Bob menyebut, kelemahan banyak orang adalah terlalu banyak berpikir membuat rencana sehingga tidak segera melangkah. Ia mengatakan bahwa ketika orang hanya membuat rencana, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain, muncullah sifat arogan. Padahal, intinya sebenarnya sederhana saja, lakukan dan selalu dengarkan saran dan keluhan pelanggan. Bob membuktikan sendiri, ia yang hanya bermodal nekad, tapi berlandaskan niat dan keyakinan, serta kerja keras pantang menyerah, tanpa teori sukses ia pun bisa jadi seperti sekarang. Sukses itu bukan teori. Namun didapat dari perjuangan dan kerja keras, serta dilandasi keyakinan kuat untuk mewujudkan cita-cita. Bob Sadino adalah contoh nyata bahwa setiap orang bisa sukses asal mau membayar ”harga” dengan perjuangan tanpa henti.
Sosok berambut putih, bercelana pendek, dan kadang mengisap rokok dari cangklongnya ini begitu mudah dikenali. Gaya bicaranya blak-blakan tanpa tedeng aling-aling. Ia adalah Bob Sadino, pengusaha sukses yang terkenal dengan jaringan usaha Kemfood dan Kemchick-nya. Beberapa kali wajahnya ikut tampil di beberapa sinetron hingga ke layar lebar, meski kadang hanya tampil sebagai figuran. Penampilannya yang serba cuek itu ternyata sejalan dengan pola pikirnya yang apa adanya. Sebab, menurutnya, apa yang diraihnya saat ini adalah berkat pola pikir yang apa adanya itu. Ia menyebut bahwa kesuksesannya didapat tanpa rencana, semua mengalir begitu saja. Yang penting, adalah action dan berusaha total, dalam menggeluti apa saja. Totalitas Bob memang patut diacungi jempol, apalagi mengingat lika-liku jalan hidup yang telah ditempuhnya. Pria kelahiran Lampung, 9 Maret 1933 yang hanya lulusan SMA ini pernah mengenyam profesi dari sopir taksi hingga kuli bangunan untuk sekadar bertahan hidup. Saat masa sulitnya, ia pernah hampir depresi. Tapi, ketika itu seorang temannya mengajaknya memelihara ayam. Dari sanalah ia kemudian terinspirasi, bahwa kalau ayam saja bisa memperjuangkan hidup, bisa mencapai target berat badan, dan bertelur, tentunya manusia juga bisa. Itulah yang kemudian mengawali langkahnya untuk berwirausaha. Ia pun kemudian memutuskan untuk makin menekuni usaha ternak ayam. Pada awalnya, ia menjual telur beberapa kilogram per hari bersama istrinya. Mereka menjual telur itu awalnya dari pintu ke pintu. Dan, dengan ketekunan dan kemampuannya menjaga hubungan baik, telurnya makin laris. Dari sanalah kemudian usahanya terus bergulir. Dari hanya menjual telur, ia lantas menjual aneka bahan makanan. Itulah yang akhirnya menjadi cikal bakal supermarket Kemchick miliknya. Ia kemudian juga merambah agribisnis khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun yang banyak berisi sayur mayur untuk dijual pada orang asing seperti orang Jepang dan Eropa. Hubungan baik dengan orang-orang asing inilah yang kemudian makin membesarkan usahanya hingga ia akhirnya juga memiliki usaha daging olahan Kemfoods.
Dalam menjalankan setiap usahanya, Bob selalu menyebut dirinya tak punya kunci sukses. Sebab, ia percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diimbangi kegagalan, peras keringat, dan bahkan jungkir balik. Menurutnya, uang adalah prioritas nomor sekian, yang penting adalah kemauan, komitmen tinggi, dan selalu bisa menciptakan kesempatan dan berani mengambil peluang. Bob menyebut, kelemahan banyak orang adalah terlalu banyak berpikir membuat rencana sehingga tidak segera melangkah. Ia mengatakan bahwa ketika orang hanya membuat rencana, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain, muncullah sifat arogan. Padahal, intinya sebenarnya sederhana saja, lakukan dan selalu dengarkan saran dan keluhan pelanggan. Bob membuktikan sendiri, ia yang hanya bermodal nekad, tapi berlandaskan niat dan keyakinan, serta kerja keras pantang menyerah, tanpa teori sukses ia pun bisa jadi seperti sekarang. Sukses itu bukan teori. Namun didapat dari perjuangan dan kerja keras, serta dilandasi keyakinan kuat untuk mewujudkan cita-cita. Bob Sadino adalah contoh nyata bahwa setiap orang bisa sukses asal mau membayar ”harga” dengan perjuangan tanpa henti.
Bob Sadino Anak Guru
Bob
Sadino Anak Guru
Kembali ke tanah air tahun 1967, setelah bertahun-tahun di Eropa dengan pekerjaan terakhir sebagai karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan Hamburg, Bob, anak bungsu dari lima bersaudara, hanya punya satu tekad, bekerja mandiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo yang jadi guru kepala di SMP dan SMA Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob berusia 19.Modal yang ia bawa dari Eropa, dua sedan Mercedes buatan tahun 1960-an. Satu ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi, masih terhampar sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob sendiri sopirnya.
Suatu kali, mobil itu disewakan.
Ternyata, bukan uang yang kembali, tetapi berita kecelakaan yang menghancurkan
mobilnya. ”Hati saya ikut hancur,” kata Bob. Kehilangan sumber penghasilan, Bob
lantas bekerja jadi kuli bangunan. Padahal, kalau ia mau, istrinya, Soelami
Soejoed, yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri, bisa
menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob bersikeras, ”Sayalah kepala keluarga. Saya
yang harus mencari nafkah.”Untuk menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50
ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak:
Ia berhasil menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha perladangan sayur
sistem hidroponik. Lalu ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung,
dan sebuah ”warung” shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal
1985 menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton
daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan, dan 100 ton sayuran segar.”Saya
hidup dari fantasi,” kata Bob menggambarkan keberhasilan usahanya. Ayah dua
anak ini lalu memberi contoh satu hasil fantasinya, bisa menjual kangkung Rp
1.000 per kilogram. ”Di mana pun tidak ada orang jual kangkung dengan harga
segitu,” kata Bob. Om Bob, panggilan akrab bagi anak buahnya, tidak mau
bergerak di luar bisnis makanan. Baginya, bidang yang ditekuninya sekarang
tidak ada habis-habisnya. Karena itu ia tak ingin berkhayal yang
macam-macam.Haji yang berpenampilan nyentrik ini, penggemar berat musik klasik
dan jazz. Saat-saat yang paling indah baginya, ketika shalat bersama istri dan
dua anaknya.
Biografi Bob Sadino
Biografi
Bob Sadino
Bob Sadino (lahir di Lampung, 9 Maret 1933; umur 79 tahun), atau akrab dipanggil om Bob, adalah seorang pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan peternakan. Ia adalah pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick. Dalam banyak kesempatan, ia sering terlihat menggunakan kemeja lengan pendek dan celana pendek yang menjadi ciri khasnya.
Bob Sadino lahir dari sebuah
keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu dari lima bersaudara.
Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang ketika itu berumur 19 tahun mewarisi
seluruh harta kekayaan keluarganya karena saudara kandungnya yang lain sudah
dianggap hidup mapan. Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk
berkeliling dunia. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap
selama kurang lebih 9 tahun. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota
Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di Belanda itu, Bob
bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.
Pada tahun 1967, Bob dan keluarga
kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2 Mercedes miliknya, buatan tahun
1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta
Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan
hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia
memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.
Pekerjaan pertama yang dilakoninya
setelah keluar dari perusahaan adalah menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki,
ia sendiri yang menjadi sopirnya. Namun sayang, suatu ketika ia mendapatkan
kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak parah. Karena tak punya uang untuk
memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi tukang batu. Gajinya ketika itu
hanya Rp.100. Ia pun sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup yang
dialaminya.
Suatu hari, seorang teman
menyarankan Bob memelihara dan berbisnis telur ayam negeri untuk melawan
depresinya. Bob tertarik dan mulai mengembangkan usaha peternakan ayam. Ketika
itu, di Indonesia, ayam kampung masih mendominasi pasar. Bob-lah yang pertama
kali memperkenalkan ayam negeri beserta telurnya ke Indonesia. Bob menjual
telur-telurnya dari pintu ke pintu. Ketika itu, telur ayam negeri belum populer
di Indonesia sehingga barang dagangannya tersebut hanya dibeli oleh ekspatriat-ekspatriat
yang tinggal di daerah Kemang, serta beberapa orang Indonesia yang pernah
bekerja di luar negeri. Namun seiring berjalannya waktu, telur ayam negeri
mulai dikenal sehingga bisnis Bob semakin berkembang. Bob kemudian melanjutkan
usahanya dengan berjualan daging ayam. Selain memperkenalkan telur ayam negeri,
ia juga merupakan orang pertama yang menggunakan perladangan sayur sistem
hidroponik di Indonesia.
Bob Sadino atau akrab dipanggil om
Bob, adalah seorang pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan
dan peternakan. Ia adalah pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick.
Dalam banyak kesempatan, ia sering terlihat menggunakan kemeja lengan pendek
dan celana pendek yang menjadi ciri khasnya.
Bob Sadino lahir dari sebuah keluarga
yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Sewaktu
orang tuanya meninggal, Bob yang ketika itu berumur 19 tahun mewarisi seluruh
harta kekayaan keluarganya karena saudara kandungnya yang lain sudah dianggap
hidup mapan. Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling
dunia. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang
lebih 9 tahun. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga
di Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di Belanda itu, Bob bertemu dengan pasangan
hidupnya, Soelami Soejoed.
Pada tahun 1967, Bob dan keluarga
kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2 Mercedes miliknya, buatan tahun
1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta
Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan
hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia
memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.Pekerjaan pertama yang dilakoninya
setelah keluar dari perusahaan adalah menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki,
ia sendiri yang menjadi sopirnya. Namun sayang, suatu ketika ia mendapatkan
kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak parah. Karena tak punya uang untuk
memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi tukang batu. Gajinya ketika itu
hanya Rp.100. Ia pun sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup yang
dialaminya.
Suatu hari, seorang teman
menyarankan Bob memelihara dan berbisnis telur ayam negeri untuk melawan
depresinya. Bob tertarik dan mulai mengembangkan usaha peternakan ayam. Ketika
itu, di Indonesia, ayam kampung masih mendominasi pasar. Bob-lah yang pertama
kali memperkenalkan ayam negeri beserta telurnya ke Indonesia. Bob menjual
telur-telurnya dari pintu ke pintu. Ketika itu, telur ayam negeri belum populer
di Indonesia sehingga barang dagangannya tersebut hanya dibeli oleh
ekspatriat-ekspatriat yang tinggal di daerah Kemang, serta beberapa orang
Indonesia yang pernah bekerja di luar negeri. Namun seiring berjalannya waktu,
telur ayam negeri mulai dikenal sehingga bisnis Bob semakin berkembang. Bob
kemudian melanjutkan usahanya dengan berjualan daging ayam. Selain
memperkenalkan telur ayam negeri, ia juga merupakan orang pertama yang
menggunakan perladangan sayur sistem hidroponik di Indonesia.Catatan awal tahun
1985 menyebutkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40-50 ton daging
segar, 60-70 ton daging olahan, dan sayuran segar 100 ton
Langganan:
Postingan (Atom)